PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA PERANCANGAN FASILITAS GLAMPING DENGAN EDUKASI FLORIKULTURA DI BANDUNGAN, KABUPATEN SEMARANG
Abstract
Wisatawan lokal maupun mancarnegara di Kabupaten Semarang yang meningkat pada tahun 2022 mencapai 3.774.942 pengunjung (Badan Pusat Statistik, 2023). Kecamatan Bandungan menjadi salah satu kecamatan yang menjadi kawasan strategis pariwisata di Kabupaten Semarang. Hal ini menuntut pelaku bisnis wisata untuk meningkatkan fasilitas wisata yang beragam sehingga wisatawan dapat merata ke seluruh daerah di Kecamatan Bandungan. Potensi alam yang indah dan hasil alam unggulan Bandungan berupa florikultura dapat menjadi daya tarik wisatawan. Fasilitas Wisata Glamping di Bandungan dapat menjadi fasilitas pendukung yang sekarang ini menjadi trend untuk mengakomodasi wisatawan.Selain itu, Pasar glamping diperkirakan akan naik sebesar 14,1 % dari tahun 2021- 2028 (Grand View Research).Belum adanya akomodasi wisata yang memanfaatkan potensi unggulan serta terjadinya isu lingkungan berupa degradasi tanah menjadi alasan penerapan arsitektur ekologis dalam perancangan wisata glamping di Bandungan. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari kegiatan mengidentifikasi isu dan tujuan, pengumpulan data, analisis, dan merumuskan konsep. Hasil dari penelitian ini berupa penerapan prinsip arsitektur ekologi pada pengolahan tapak, bentuk massa, material, dan utilitas di kawasan Glamping dengan edukasi florikultura. Tujuan dari penerapan arsitektur ekologis ini adalah menciptakan keselarasan kawasan wisata glamping dengan lingkungan sekitar sehingga meminimalisir kerusakan lingkungan.
Kata kunci: Glamping, Wisata, Ekologis, Florikultura. Lingkungan
Full Text:
PDFReferences
Badan Pusat Statistik. (2023). Jumlah Pengunjung di Tempat Rekreasi di Kabupaten Semarang 2022.
Brochado, Ana & Pereira, C. (2017). Comfortable Experiences in Nature accomaodation : Perveived service quality in GLAMPING. Journal of Outdoor Recreation and Tourism, 17, 77–83.
Cahyaningrum, D., Binar Aji Sukmana, A., & Adi Nugroho, R. (2020). The Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai Upaya Konservasi di Kawasan Wisata Gedong Songo. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 214–222. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v5i1.4153
Frick, H. (1998). Dasar-Dasar EkoArsitektur. Yogyakarta : Kanisius.
Ismawati U. (2015). Meningkatkan Daya Saing Florikultura Menyongsong Mea. Dinas Pangan, Pertanian Dan Perikanan. https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/35-meningkatkan-dayasaing-florikultura menyongsong-mea.html
Pemerintah Kabupaten Semarang. (2019). PERATURAN DAERAH NO 9 TAHUN 2019 tentang Rencana Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Semarang tahun 2020- 2025. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/149346/perda-kab-semarang-no-8-tahun-2019
Pradipto, E. (2021). Model Pengembangan Dan Perlindungan Konstruksi Bambu Pasca Bencana, Studi Kasus: Huntara Sudimoro, Gereja St. Jurnal Arsitektur Komposisi, 15(1), 9–17. https://ojs.uajy.ac.id/index.php/komposisi/article/view/4770
Sukawi. (2008). Ekologi Arsitektur : Menuju Perancangan Arsitektur. Simposium Nasional RAPI, VII(1998).
Utami, A. D., Yuliani, S., & Mustaqimah, U. (2017). Penerapan Arsitektur Ekologis Pada Strategi Perancangan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Di Sleman. Jurnal Arsitektura, 15(2), 340–348.
Utami, N. K. Y. (2020). Glamping Sebagai Sebuah Perspektif Baru Dalam Akomodasi Berkemah. Jurnal Arsitektur ZONASI, 3(3), 185–194. https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.27854
Widiadnyana Wardiha, M., Setiadji Agustiningtyas, R., & Avend Mahawan Sumawa, I. W. (2018). Efektivitas Pengawetan Bambu Petung Dan Gewang Menggunakan Boron Dan Ccb Secara Rendaman Dingin Dan Boucherie Yang Dimodifikasi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 36(2), 159–170. https://doi.org/10.20886/jphh.2018.36.2.159-170
Refbacks
- There are currently no refbacks.