PENERAPAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA PUSAT KEBUDAYAAN CIREBON DI KOTA CIREBON

Muhammad Mutahari Martadiputra, Leny Pramesti, Untung Joko Cahyono

Abstract


Cirebon merupakan kota yang memiliki kondisi dan potensi seni budaya yang sangat beragam. Kekayaan budaya Cirebon tercermin dalam berbagai bentuk seni tradisional, seperti tari-tarian, musik, kerajinan tangan dan makanan khas. Selain itu, beragam ritual dan tradisi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya kota ini. Namun pelestarian dan pengembangan seni dan budaya tersebut belum optimal, hal tersebut tertulis dalam permasalahan di bidang kebudayaan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Kota Cirebon tahun 2018-2023. Peningkatan sarana gedung kebudayaan yang memadai juga menjadi permasalahan yang tertulis dalam dokumen tersebut. Berangkat dari urgensi tersebut, maka diperlukan suatu desain Pusat Kebudayaan sebagai wadah perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Kebudayaan Cirebon. Pendekatan arsitektur neo vernakular menjadi pendekatan yang tepat dalam merancang bangunan pusat kebudayaan. Dalam konteks bangunan Pusat Kebudayaan Cirebon, pendekatan arsitektur neo vernakular dapat membantu mempertahankan aspek tradisional serta mengangkat arsitektur lokal cirebon ke dalam bentuk yang baru. Metode penelitian yang digunakan melalui pengumpulan data, identifikasi persoalan perancangan, studi literatur dan preseden, dan perumusan kriteria desain dengan menerapkan lima karakteristik arsitektur neo vernakular. Karakteristik arsitektur neo vernakular diwujudkan pada perencanaan dan perancangan Pusat Kebudayaan Kota Cirebon melalui pengolahan tapak, penataan ruang dan massa, bentuk dan tampilan bangunan, struktur dan material bangunan, serta sistem utilitas.

Full Text:

PDF

References


Agustina, I. H. (2016). Spatial Constructs of Spiritual Consciousness: The case of Keraton Kasepuhan in Cirebon, Indonesia.International Society for the Study of Vernacular Settlements e- journal, 4(2), 16-28.

Dewi, H. I., & Anisa, A. (2012). Akulturasi Budaya pada Perkembangan Keraton Kasepuhan Cirebon. Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi, 8(1).

Hakim, M. A. Z. (2019). Corak Batik Mega Mendung sebagai Warisan Budaya Cirebon dalam Fashion Photography (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

Mahendra, F., Haqqur R, G., Lillah Agung, H., Erza Aryadhi, L., Afifan, M. H., Arie Seno, P., ... & Budi Santosa, R. (2016). Arsitektur Lansekap Keraton Kasepuhan Cirebon.

Maslucha, L. (2009). Kampung Naga: Sebuah Representasi Arsitektur sebagai Bagian dari Budaya. El Harakah, 11(1), 35.

Nurlatifah (2016). Makna Simbolik dan Filosofis Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai Media Pembelajaran Sejarah di Sma N 8 Cirebon.

Prayogi, L. (2021). Konsep Arsitektur Neo Vernakular pada Bandar Udara Soekarno Hatta dan Bandar Udara Juanda. Konsep Arsitektur Neo Vernakular pada Bandar Udara Soekarno Hatta dan Bandar Udara Juanda, 4(1), 36-42

Rajpu, Y., & Tiwari, S. (2020). Neo-vernacular architecture: a paradigm shift. PalArch's Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(9), 7356-7380.

Rukhamayati, A. (2021). Indonesian Art and Culture Scholarship (Iacs) sebagai Instrumen Diplomasi Kebudayaan Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

Sukada, N., & Salura, P. (2020). Ekspresi-dasar arsitektural pada bangunan pusat kebudayaan, objek studi: Volkstheater Sobokartti di Semarang, Indonesia. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 5(1), 17-26.

Vhindy, Septia (2019) Simbol dan Makna Flora dan Fauna dalam Kebudayaan Cina pada Motif Kain Batik Cirebon. Other thesis, Universitas Darma Persada.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.