PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA PERANCANGAN WATERFRONT BATU BARA EDUPARK DI TEPIAN SUNGAI MAHAKAM, SAMARINDA

Andien Aurellia Purnama, Purwanto Setyo Nugroho

Abstract


Jumlah objek wisata edukasi yang sedikit pada Kota Samarinda tidak sebanding dengan jumlah wisatawan yang datang. Padahal wisata edukasi sangat berpeluang sebagai sarana edukasi informal karena Kota Samarinda juga menjadi pusat pendidikan di tingkat provinsi. Perencanaan Kota Samarinda dalam penataan ruang kota dengan konsep Waterfront City Development di daerah tepian Sungai Mahakam beserta anak sungainya diharapkan dapat menjadi sarana rekreasi berupa kawasan wisata seperti taman, area bermain, tempat pemancingan, tempat singgah kapal, dan sebagainya. Pada tahun 2024 mendatang, Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur sekaligus akan menjadi kota penyangga bagi Ibu Kota Nusantara yang diharapkan nantinya akan banyak wisatawan yang datang ke Kota Samarinda. Belum adanya wisata edukasi yang mengenalkan potensi unggulannya yaitu pada bidang batu bara serta terjadinya isu lingkungan berupa banjir menjadi alasan penerapan arsitektur ekologis dalam perancangan edupark di Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang meliputi kegiatan mengidentifikasi isu dan tujuan, pengumpulan data, analisis, dan merumuskan konsep. Hasil penelitian ini yaitu penerapan prinsip arsitektur ekologi pada pengolahan tapak, bentuk massa, material, dan utilitas dengan tujuan penerapan arsitektur ekologis ini dapat memperhatikan keseimbangan alam dan berwawasan lingkungan sehingga meminimalisir kerusakan lingkungan.

Full Text:

PDF

References


BPS Kota Samarinda. (2020). Kota Samarinda dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik, Kota Samarinda.

BPS Kota Samarinda. (2022). Kota Samarinda dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistik, Kota Samarinda.

BPS Kota Samarinda. (2023). Kota Samarinda dalam Angka 2023. Badan Pusat Statistik, Kota Samarinda.

Chandra Iswinarno. (2021). Selain Curah Hujan Tinggi, Ini Penyebab Banjir Samarinda. Diakses pada 25 Oktober 2023 dari https://kaltim.suara.com/read/2021/01/08/160554/selain-curah-hujantinggi-ini-penyebab-banjir-samarinda.

Fandeli, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Frick, H. (1996). Arsitektur dan Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

Frick, H., dan Bambang S. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Grasindo: Jakarta.

Masagung, A. A. P. (2019). Perancangan Edupark di Tepian Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan

Timur dengan Pendekatan Regionalisme Arsitektur. Skripsi Universitas Islam Indonesia.

Pemerintah Kota Samarinda. (2014). Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Samarinda 2014-2034. Pemerintah Kota Samarinda.

Pemerintah Kota Samarinda. (2018). Masterplan Samarinda Smart City. Pemerintah Kota Samarinda.

Prabudiantoro, B. (1997). Kriteria Citre Waterfront City. Thesis Universitas Diponegoro.

Prasetyo, L., Rumiati R. Tobing, dan Hartanto B. (2018). Konsep Ekologis dan Budaya pada Perencanaan Hunian paska Bencana di Yogyakarta. Jurnal Teknik Arsitektur: ARTEKS, 2(2):125-135.

Tangkuman, D. J., Linda Tondobala. (2011). Arsitektur Tepi Air. Media Martasain, 8(2):40-54.

UNWTO. (2011). Global Code of Ethics for Tourism for Responsible Tourism and related documents. UNWTO Madrid.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.