PENERAPAN TEORI INTERMEDIATE SPACE SEBAGAI AREA NETRAL PADA HOTEL KONVENSI

Abstract

Penelitian ini bertujuan menghasilkan desain dalam memecahkan permasalahan tentang area penghubung antara dua kegiatan yaitu hotel dan konvensi dengan penerapan teori arsitektur simbiosis. Kota Surakarta sebagai kota fokus MICE menciptakan kebutuhan wadah kegiatan konvensi pada usaha akomodasi berupa hotel konvensi. Namun, terdapat poin-poin yang perlu diulas dari hotel-hotel konvensi yang telah ada di Surakarta. Arsitektur simbiosis menuntut adanya keselarasan budaya yang dihadirkan pada objek arsitektur. Sesuai dengan teori Kisho Kurokawa (1991), intermediate space sebagai area netral berupa galeri batik dan restoran spesialis masakan Jawa Tengah. Hal tersebut menjadi adopsi nilai budaya untuk hubungan timbal balik objek arsitektur terhadap kultur sekitar sebagai respon Kota Surakarta sebagai sentra budaya Jawa. Kegiatan untuk mengisi intermediate space tersebut didasari oleh prinsip lainnya dari arsitektur simbiosis yaitu melalui konsep diakronik fisik. Pemilihan galeri batik didasari oleh nilai budaya fisik yang mendukung identitas kota Surakarta sebagai sentra kota batik. Restoran spesialis masakan Jawa Tengah dipilih sebagai pencitraan nilai budaya non fisik dalam bentuk kuliner serta mendukung salah satu syarat hotel berbintang lima, yaitu memiliki minimal 3 (tiga) restoran dengan satu diantaranya merupakan restoran dengan spesialisasi masakan, maka diusung sebuat restoran spesialis masakan Jawa Tengah untuk memenuhi kualifikasi tersebut.