PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA GALERI SENI PERTUNJUKAN DI BANYUWANGI

Annisa Chandra Maharani, Rachmadi Nugroho, Avi Marlina

Abstract


Potensi seni pertunjukan Kabupaten Banyuwangi belum diimbangi dengan ketersediaan fasilitas yang memadahi. Saat ini, jumlah fasilitas pementasan masih sangat minim serta fasilitas edukasi kesenian seperti sanggar juga masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Pemanfaatan potensi seni pertunjukan merupakan suatu upaya pelestarian kebudayaan sekaligus daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu desain Galeri Seni Pertunjukan yang mampu mewadahi kegiatan pertunjukan dan edukasi kesenian Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam adalah metode pemrograman arsitektur yang terdiri dari lima tahap yaitu menentukan tujuan (goals), mengumpulkan data (facts), menemukan konsep (concepts), menentukan kebutuhan (needs), dan menyatakan kriteria desain (problems). Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular diterapkan sebagai pedoman untuk memperoleh kriteria desain yang mengadaptasi konsep arsitektur Osing yang merupakan arsitektur Banyuwangi. Hasil penelitian berupa penerapan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular pada objek perancangan dengan cara menerapkan pembagian zona sesuai konsep zonasi sentralitas rumah Osing; bentuk atap, fasad dan ornamen bangunan yang mengadaptasi tampilan rumah Osing; penerapan sunshading, jalousi, tektonika bata, skylight dan bentuk bangunan memanjang yang mengadaptasi respon rumah Osing terhadap Iklim pada tapak; dan struktur dan material modern yang mengadaptasi konsep struktur dan material rumah Osing

Full Text:

PDF

References


Anisa, D. (2017, November 22). Banyuwangi Lestarikan Kebudayaan yang Mensejahterakan.

Kompasiana.Com. Retrieved from

https://www.kompasiana.com/ddinda_anisa/5a159de1a4b06845580bf692/banyuwangilestarikan-kebudayaan-yang-mensejahterakan?page=1

Apriliana, Z., Yuliarso, H., & Pradnya, D. S. (2021). KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA

PERANCANGAN PUSAT KERAJINAN TENUN LURIK DI KABUPATEN KLATEN. Jurnal Senthong, 4,

–239.

Febriansyah, M. A., Suparno, & Yuliarso, H. (2021). PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

DALAM KONSEP PERANCANGAN PUSAT PAMERAN DAN SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA.

Jurnal Senthong, 4, 110–119.

Jencks, C. (1977). Language of Post-Modern Architecture.

Nanik, A. (2013). Pengelolaan Pembelajaran Tari Rampak Bedug di Sanggar Bale Seni Ciwasiat

Pandeglang. Universitas Pendidikan Indonesia.

Paramita, R., Rizal, N., Taufiq, M., & Dimyati, M. (2018). Menguak Potret Pelaku Budaya Adat Osing

(2nd ed.; Noviansyah, Ed.). Yogyakarta: AZYAN MITRA MEDIA.

Salain, N. R. P. (2017). PAMERAN PS. ARSITEKTUR : PEMAHAMAN SEJARAH, TEORI, DAN WUJUD

ARSITEKTUR.

Sankhyaadi, A. (2020). Banyuwangi Suguhkan 123 Event Pariwisata Sepanjang 2020. Kumparan.Com.

Retrieved from https://kumparan.com/kumparantravel/banyuwangi-suguhkan-123-eventpariwisata-sepanjang-2020-1sbTYFt4BpJ/full

Scholte, J. (1927). Gandroeng van Banjoewangie. Djava.

Suminar, L., Setiawan, B., & Nugrahandika, W. H. (2017). Pemanfaatan Galeri Seni Sebagai Ruang

Publik di Yogyakarta. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6, E001–

E006. https://doi.org/10.32315/ti.6.e001

Suprijanto, I. (2002). Rumah Tradisional Osing Konsep Ruang Dan Bentuk. DIMENSI (Jurnal Teknik

Arsitektur), 30(1), 10–20. Retrieved from

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/15762

Turkušić, E. (2011). Neo-Vernacular Architecture – Contribution To the Research on Revival of

Vernacular Heritage Through Modern Architectural Design, 13th to 16th June 2011. Importance

of Place - 4th International Conference on Hazards and Modern Heritage, (March), 506–518.

Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/297469746

Wahab, M. H. A., & Zuhardi, A. F. A. (2013). Human Visual Quality: Art Gallery Exhibition. Procedia -

Social and Behavioral Sciences, 101(November), 476–487.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.221


Refbacks

  • There are currently no refbacks.