BALAI KONVENSI DAN EKSIBISI DI SOLO DENGAN FLEKSIBILITAS ARSITEKTUR
Abstract
Kota Solo beberapa kali telah menjadi lokasi penyelenggaraan kegiatan besar berskala nasional hingga internasional. Kota Solo telah masuk ke dalam daftar beberapa kota yang berpotensi untuk pengembangan wisata MICE di Indonesia berdasarkan warta berita terkini. Namun, pada proses pengembangannya belum ditanggapi dengan ketersediaan tempat atau wadah yang layak untuk menampung seluruh penyelenggaraan kegiatan MICE di Kota Solo. Oleh sebab itu, Kota Solo sudah mulai membutuhkan sebuah Balai Konvensi dan Eksibisi yang dapat menampung keberagaman kegiatan di dalamnya. Kebutuhan suatu ruang yang mampu menampung keberagaman jenis kegiatan dan jumlah pengunjung ini membutuhkan penerapan fleksibilitas arsitektur pada proses perencanaan dan perancangan balai konvensi dan eksibisi di Kota Solo. Di samping itu, penerapan protokol kesehatan menjadi suatu urgensi yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan merancang bangunan pada kondisi pandemi Covid-19. Dengan demikian, artikel ini menjelaskan konsep perencanaan dan perancangan Balai Konvensi dan Eksibisi di Kota Solo ini akan menerapkan fleksibilitas arsitektur dengan mempertimbangkan protokol kesehatan di dalamnya.
Full Text:
PDFReferences
Geoff. (2007). Flexibility in Architecture, The Way We Live. Retrieved from
wordpress.com:https://thewaywelive.wordpress.com/2007/11/15/flexibility-in-architecture/
Kronenburg, R. (2007). Flexible : Architecture that Respond to Change. London : Lauren King Publisher.
Majid, H., Kumoro, A., & Nugroho, R. (2018). Peneraoan Teori Arsitektur High Tech Dalam Strategi
Perancangan Pusat Konvensi dan Eksibisi di Surakarta. Senthong, Vol I, No. 1,, 27-36.
Norbergh-Schulz, C. (1965). Intentions in Architecture. M.I.T. Press.
Refbacks
- There are currently no refbacks.