PENERAPAN KONSEP SEMANTIK PADA WADAH EDUKASI NON-FORMAL INDUSTRI PUSAKA KRETEK

Irwanda Restu Perbawa, Kusumaningdyah Nurul Handayani, Suparno Suparno

Abstract


Industrial heritage merupakan industri yang memiliki peran penting bagi perkembangan kota namun pada saat ini seringkali terlupakan keberadaannya. Salah satu kota di Indonesia yang memiliki identitas industrial heritage adalah Kabupaten Kudus dengan industri kreteknya. PT Djarum dengan CSR Djarum Foundationnya adalah salah satu pelaku industri kretek yang paling berpengaruh di Kudus melalui kegiatan ekonomi, pendidikan, seni dan sosial. Sejak berdiri lebih dari 50 tahun lalu, PT Djarum memiliki beberapa aset industrial heritage. Salah satu industrial heritage tersebut adalah Bangunan Djarum Brak Bitingan Lama sebagai salah satu bangunan industri kretek pertama milik PT Djarum. Berdasarkan arti penting keberlanjutan industrial heritage, maka diperlukan suatu aktivitas edukasi non-formal untuk menjaga aset pusaka PT Djarum. Penambahan aktivitas baru tersebut menyebabkan perlunya rancangan yang secara peruangan, zoning kawasan dan tampilan dapat menginterpretasikan penambahan fungsi baru. Berdasarkan hal tersebut, maka perancangan wadah edukasi non-formal diselesaikan melalui pendekatan semantik yang berpedoman pada kaidah infill design. Kebutuhan yang diperlukan bangunan Djarum Brak Bitingan Lama dalam mewadahi aktivitas edukasi non-formal adalah melalui (1) perencanaan peruangan; (2) perancangan zoning kawasan; (3) perancangan tampilan bangunan. Semantik pada arsitektur bertujuan untuk membentuk interpretasi objek rancangan yang akan diterima oleh pengguna. Infill design digunakan sebagai acuan dalam penambahan atau penyisipan bangunan dalam suatu lahan kosong yang berada di kompleks lingkungan dengan karakter yang kuat. Permasalahan arsitektural yang berupa peruangan, zoning site dan tampilan bangunan tersebut secara semantik diselesaikan melalui penerapan variabel pola, variabel letak dan variabel bentuk. Penerapan semantik pada penambahan ruang preservasi, edukasi, dan produksi menggunakan referent kemanfaatan cengkeh. Penerapan variabel letak pada zoning merujuk referent cluster bunga cengkeh. Penerapan variabel bentuk di tampilan bangunan merujuk pada referent aroma kretek.

Full Text:

PDF

References


Asy’ari, H. (2009). Kudus Kota Kretek. Kudus: Djarum.

Awal, H. (2011). Panduan Konservasi Bangunan Bersejarah Masa Kolonial. Jakarta: Pusat Dokumentasi Arsitektur.

Djajasudarma. T, Fatimah. (1993). Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT. Refrika Aditama.

ICOMOS. (2003). The Nizhny Tagil Charter for the Industrial heritage.

Kompasiana. (2016). Https://kompasiana.com/2016/11/mal-kembali-dibangun-di-lahan-bangunan-bersejarah; diakses tanggal 25 Juni 2017

Margana, S. (2014). Kretek Indonesa Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya. Yogyakarta: Puskindo.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.